Burgerkill berdiri pada bulan Mei 1995 berawal dari Eben,
scenester dari Jakarta yang pindah ke Bandung untuk melanjutkan sekolahnya.
Dari sekolah itulah Eben bertemu dengan Ivan, Kimung, dan Dadan sebagai line-up
pertamanya. Band ini memulai karirnya sebagai sebuah side project yang ga punya
juntrungan, just a bunch of metal kids jamming their axe-hard sambil menunggu
band orisinilnya dapat panggilan manggung. Tapi tidak buat Eben, dia merasa
bahwa band ini adalah hidupnya dan berusaha berfikir keras agar Burgerkill
dapat diakui di komunitasnya. Ketika itu mereka lebih banyak mendapat job
manggung di Jakarta melalui koneksi Hardcore friends Eben, dari situlah
antusiasme masyarakat underground terhadap Burgerkill dimulai dan fenomena
musik keras tanpa sadar telah lahir di Indonesia.
Walhasil line-up awal band ini pun tidak berjalan mulus, sederet nama musisi
underground pernah masuk jajaran member Burgerkill sampai akhirnya tiba di
line-up solid saat ini. Ketika dimulai tahun 1995 mereka hanya berpikir untuk
manggung, pulang, latihan, manggung lagi dst. Tidak ada yang lain di benak
mereka, tapi semuanya berubah ketika mereka berhasil merilis single pertamanya
lewat underground phenomenon Richard Mutter yang merilis kompilasi cd band-band
Bandung pada awal 1997. Nama lain seperti Full Of Hate, Puppen, dan Cherry
Bombshell juga bercokol di kompilasi yang berjudul
"Masaindahbangetsekalipisan" tersebut. Memang masa itu masa indah
musik underground. Everything is new and new things stoked people! Tidak
tanggung lagu Revolt! dari Burgerkill menjadi nomor pembuka di album yang
terjual 1000 keping dalam waktu singkat ini.
Setelah mengenal nikmatnya menggarap rekaman, anak anak ini tidak pernah merasa
ingin berhenti, dan pada akhir tahun 1997 mereka kembali ikut serta dalam
kompilasi "Breathless" dengan menyertakan lagu "Offered
Sucks" didalamnya. Awal tahun 1998 perjalanan mereka berlanjut dengan
rilisan single Blank Proudness, pada kompilasi band-band Grindcore Ujungberung
berjudul "Independent Rebel". Yang ketika itu dirilis oleh semua
major label dengan distribusi luas di Indonesia dan juga di Malaysia. Setelah
itu nama Burgerkill semakin banyak menghias concert flyers di seputar komunitas
musik
underground. The Antics went higher, semakin banyak fans berat menunggu
kehadiran mereka diatas panggung. Burgerkill sang Hardcore Begundal!
Disekitar awal tahun 1999, mereka mendapat tawaran dari perusahaan rekaman
independent Malaysia, Anak Liar Records yang berakhir dengan deal merilis album
Three Ways Split bersama dengan band Infireal (Malaysia) dan Watch It Fall
(Perancis). Hubungan dengan network underground di Malaysia dan Singapura
berlanjut terus hingga sekarang. Burgerkill menjadi langganan cover zine
independent di negara-negara tersebut dan berimbas dengan terus bertambahnya
fans mereka dari negeri Jiran. Di tahun 2000, akhirnya Burgerkill berhasil
merilis album perdana mereka dengan title "Dua Sisi" dan 5000 kaset
yang di cetak oleh label indie asal Bandung, Riotic Records ludes habis dilahap
penggemar fanatik yang sudah tidak sabar menunggu sejak lama. Di tahun yang
sama, band ini juga merilis single "Everlasting Hope Never Ending
Pain" lewat kompilasi "Ticket To Ride", sebuah album yang
benefitnya disumbangkan untuk pembangunan sebuah skatepark di kota Bandung.
Single terakhir menjadi sebuah jembatan ke era baru Burgerkill, dimana masa
awal mereka lagu-lagu tercipta hasil dari pengaruh band-band Oldschool
Hardcore, Name it: Minor Threat, 7 Seconds, Gorilla Biscuits, Youth of Today,
Sick of it All, Insted, Etc. Seiring dengan waktu, mereka mulai untuk membuka
pengaruh lain. Masuklah pengaruh dari band band Modern Metal dan Newschool
Hardcore dengan beat yang lebih cepat dan lebih agresif, selain itu juga
riff-riff powerchord yang enerjik menjadi bagian kental pada lagu-lagu
Burgerkill serta dilengkapi oleh fill-in gitar yang lebih menarik. Anak-anak
ini memang tidak pernah puas dengan apa yang mereka hasilkan, mereka selalu
ingin berbuat lebih dengan terus membuka diri pada pengaruh baru. Hampir semua
format musik keras dilahap dan di interprestasikan kedalam lagu, demikianlah
Burgerkill berkembang menjadi semakin terasah dan dewasa. Lagu demi lagu mereka
kumpulkan untuk menjadi sebuah materi lengkap rilisan album kedua.
Beberapa Mainstream Achievement pun sempat mereka rasakan, salah satunya
menjadi nominator Band Independent Terbaik ala majalah NewsMusik di tahun 2000.
Awal tahun 2001 pun mereka berhasil melakukan kerjasama dengan sebuah
perusahaan produk sport apparel asal Amerika: PUMA yang selama 1 tahun
mensupport setiap kali Burgerkill melakukan pementasan. Dan sejak Oktober 2002
sebuah produk clothing asal Australia: INSIGHT juga mensupport dalam setiap
penampilan mereka.
Pertengahan Juni 2003, Burgerkill menjadi band Hardcore pertama di Indonesia
yang menandatangani kontrak sebanyak 6 album dengan salah satu major label
terbesar di negeri ini, Sony Music Entertainment Indonesia. Dan setelah itu akhir
tahun 2003, Burgerkill berhasil merilis album kedua mereka dengan title
"Berkarat". Lagu-lagu pada album ini jauh lebih progressif dan penuh
dengan teknik yang lebih terasah dibandingkan album sebelumnya. Hampir tidak
ada lagi nuansa straight forward dan moshpart sederhana ala band standard
Hardcore yang tercermin dari single-single awal mereka. Pada sector vocal
dengan tetap mengedepankan nuansa depresif dan kelam, karakter vocal Ivan sang
vokalis Bengal lebih berani dimunculkan dengan penulisan bahasa pertiwi dan
artikulasi kata yang lebih jelas. Dan di sector musik pun, Toto, Eben, Andris
dan gitaris baru mereka Agung semakin berani menjelajahi daerah-daerah baru
yang sebelumnya tidak pernah dijajaki kelompok musik keras manapun di
Indonesia.
Sebuah kejutan hadir pada pertengahan tahun 2004, lewat album
"Berkarat" Burgerkill masuk kedalam salahsatu nominasi dalam salah
satu event Achievement musik terbesar di Indonesia "Ami Awards". Dan
secara mengejutkan mereka berhasil menyabet award tahunan tersebut untuk
kategori "Best Metal Production". Sebuah prestasi yang mungkin tidak
pernah terlintas di benak mereka, dan bagi mereka hal tersebut merupakan sebuah
tanggung jawab besar yang harus mereka buktikan melalui karya-karya mereka
selanjutnya.
Di awal tahun 2005 di tengah kesibukan mereka mempersiapkan materi untuk album
ketiga, Toto memutuskan untuk meninggalkan band yang telah selama 9 tahun dia
bangun bersama. Namun kejadian ini tidak membuat anak-anak Burgerkill putus
semangat, mereka kembali merombak formasinya dengan memindahkan Andris dari
posisi Bass ke posisi Drums dan terus melanjutkan proses penulisan lagu dengan
menggunakan additional bass player. Sejalan dengan selesainya penggarapan
materi album ketiga, tepatnya November 2005, Burgerkill memutuskan kontrak
kerjasama dengan Sony Music Entertainment Indonesia dikarenakan tidak adanya
kesepakatan dalam pengerjaan proyek album ketiga. So guys...these kids always
have a great spirit to keep blowing their power, dan akhirnya mereka sepakat
untuk tetap merilis album ke-3 "Beyond Coma And Despair" di bawah
label mereka sendiri Revolt! Records di pertengahan Agustus 2006. Album ketiga
yang memiliki arti sangat dalam bagi semua personil Burgerkill baik secara
sound, struktur, dan format musik yang mereka suguhkan sangat berbeda dengan
dua album sebelumnya. Materi yang lebih berat, tegas, teknikal, dan berani
mereka suguhkan dengan maksimal disetiap track-nya.
Namun tak ada gading yang tak patah, sebuah musibah terbesar dalam perjalanan
karir mereka pun tak terelakan, Ivan sang vokalis akhirnya menghembuskan nafas
terakhirnya ditengah-tengah proses peluncuran album baru mereka di akhir Juli
2006. Peradangan pada otaknya telah merenggut nyawa seorang ikon komunitas
musik keras di Indonesia. Tanpa disadari semua penulisan lirik Ivan pada album
ini seolah-olah mengindikasikan kondisi Ivan saat itu, dilengkapi alur cerita
personal dan depresif yang terselubung sebagai tanda perjalanan akhir dari
kehidupannya. "Beyond Coma And Despair" sebuah album persembahan
terakhir bagi Ivan Scumbag yang selama ini telah menjadi seorang teman,
sahabat, saudara yang penuh talenta dan dedikasi dengan disertai karakter karya
yang mengagumkan. Burgerkill pun berduka, namun mereka tetap yakin untuk terus
melanjutkan perjalanan karir bermusik yang sudah lebih dari 1 dekade mereka
jalani, dan sudah tentu dengan menghadirkan seorang vokalis baru dalam tubuh
mereka saat ini. Akhirnya setelah melewati proses Audisi Vokal, mereka
menemukan Vicki sebagai Frontman baru untuk tahap berikutnya dalam perjalanan
karir mereka.
Pada awal Januari 2007 mereka telah sukses menggelar serangkaian tour di
kota-kota besar di Pulau Jawa dan Bali dalam rangka mempromosikan album baru
mereka. Target penjualan tiket di setiap kota yang didatangi selalu mampu
mereka tembus, dan juga ludesnya penjualan tiket di beberapa kota menandakan
besarnya antusiasme masyarakat musik cadas di Indonesia terhadap penampilan
Burgerkill.
Dan setelah empat setengah tahun akhirnya Burgerkill kembali mengeluarkan albumnya yang berjudul 'Venomous'. Album ke empat mereka ini merupakan album mereka yang paling berbahaya menurut Eben sang gitaris dan frontline Burgerkill. Dalam album ini banyak tertuang emosi dan karakter personil dan ada keyakinan tersendiri tentang energi positif dari banyaknya proses jatuh bangun mereka.